Kamis, 24 Januari 2019

Zine: Asal kata, Sejarah, dan Perkembangan


"Orang aneh, kutu buku, kuper serta mereka yang dikucilkan oleh lingkungan adalah karakter orang-orang yang biasanya membuat zine di Amerika. Mereka merayakan kehidupan mereka yang tak tampak tadi menjadi sebuah wujud yang begitu jelas di depan orang lewat zine-zine mereka.”
- Notes From The Underground, Stephen Duncombe-
Sebenarnya kata zine berasal dari kata fanzine yang merupakan singkatan dari fan magazine untuk membedakannya dari majalah komersial, atau magazine dan fanzine. Magazine berhubungan dengan hal-hal yang negatif seperti komoditi sementara fanzine berhubungan dengan hal-hal yang positif seperti informasi. Sebelumnya orang-orang menuliskan kata zine menggunakan apostrophe (’zine) untuk menunjukkan bahwa “fan” telah ditinggalkan, tetapi terus berevolusi menjadi sesuatu yang berbeda dari fanzine, apostrophe-nya dihilangkan. Sekarang hanya disebut “zine”.
Di awalnya kelahiranya, zine tidaklah berbicara masalah-masalah politik, budaya, ataupun musik, tetapi berbicara soal tema-tema fiksi ilmiah. Zine lahir pertama kalinya di antara para penggemar fiksi ilmiah. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kepandaian di atas rata-rata, namun kemampuan untuk bersosialisasinya di bawah rata-rata. Menemukan dunia fiksi ilmiah sebagai pelarian dari realita yang menolak mereka.

Fanzine fiksi ilmiah pertama adalah The Comet, lahir ditahun 1930, diterbitkan oleh the Science Correspondence Club di Chicago yang di editori oleh Raymond A. Palmer dan Walter Dennis. Ini kemudian mendorong lahirnya bentuk-bentuk zine baru dari komunitas fiksi ilmiah. Di akhir 1930-an, komunitas fiksi ilmiah mulai banyak berdiskusi tentang komik. Hal ini mendorong kelahiran zine komik pertama, The Comic Collector's News yang dibuat Malcolm Willits dan Jim Bradley, pada Oktober 1947. Lalu di awal 1960-an muncul zine jenis baru lagi dari komunitas fiksi ilmiah yaitu zine film horror yang pertama dibuat oleh Tom Reamy, yaitu Trumpet (San Fransisco).

Di pertengahan 1960-an, banyak penggemar fiksi ilmiah dan komik ternyata menemukan kesamaan interest pada musik rock dan kemudian melahirkan zine musik rock seperti Crawdaddy pada 1966 yang dieditori oleh Paul William dari California, yang kemudian menjadi sebuah majalah musik yang profesional. Pada tahun dan kota yang sama muncul zine Mojo Navigator yang dieditori oleh Greg Shaw, yang mana pada 1970 dia juga membuat zine Who Put The Bomp?

Pada 1970 terjadi perubahan besar dalam dunia zine. Pertama ialah kemajuan teknologi yang menghasilkan mesin fotokopi. Sebelumnya, apa yang disebut penerbitan yang independent sebenarnya masih bersifat dependen, para penerbit masih tergantung pada teknologi mesin cetak yang masih terbatas pada waktu itu, yang harganya cukup mahal dan memakan banyak waktu.Tapi dengan menggunakan mesin fotokopi, pembuatan dan penggandaan zine menjadi lebih mudah, cepat dan rapi hingga pembuatan media sendiri menjadi lebih mudah lagi.

Perubahan yang kedua adalah munculnya kultur punk, dimana punk menyumbangkan banyak hal kepada dunia fanzine, seperti jenis estetika baru, penuh dengan seni potong-tempel yang tidak mengindahkan hak cipta dan orisinalitas --dengan mengambil berbagai macam gambar atau tulisan dari berbagai sumber, menggabungkan-gabungkannya, terkadang mengubah atau merusak sama sekali makna aslinya. Juga, etos D.I.Y/Do It Yourself yang menekankan pada semangat kemandirian dan kerjasama, menolak untuk bergantung dengan struktur-sruktur yang ada bagaimanapun hasilnya nanti. Hingga profesionalitas pun makin terpinggirkan oleh etos D.I.Y tadi.

Akibat meledaknya punk dan munculnya mesin fotokopi, maka zine pun makin menjamur dimana-mana. Zine punk pertama lahir di London, pada 4 juli 1976 bersamaan dengan debut Ramones, yaitu Sniffin' Glue yang dieditori oleh Mark Perry. Lalu tahun selanjutnya baru muncul di Los Anggeles, yaitu Slash dan Flipside. Kemudian ada Maximum RocknRoll yang memulai eksistensinya dari sebuah acara underground di radio yang kemudian menjadi sebuah zine. Dan mulailah bermunculan zine-zine yang mengakar pada scene punk, seperti Punk Planet, Profane Existance, Slug And Lettuce, Heart Attack, dan banyak lagi lainnya.

Pada tahun 1982, Factsheet Five Zine terbit untuk pertama kalinya. Ini adalah sebuah zine yang membahas tentang zine, yang dieditori oleh Mike Gunderloy sampai ke edisi 44 (tahun 1991), yang kemudian dilanjutkan oleh Hudson Luce. Sistem manajemen dan sirkulasi distribusi yang baik membuat zine ini dijadikan sumber informasi bagi orang-orang yang ingin men- cari bacaan alter-natif di luar media-media mainstream.

Sekarang zine semakin berkembang dengan pesatnya. Bentuk-bentuk yang ada tidak lagi seperti diawal kelahiranya. Banyak juga zine yang kini lebih mirip majalah-mini dengan sentuhan personal. Banyak juga yang bersirkulasi lebih luas dan mulai dikelola secara profesional. Tapi hal yang tetap dipertahankan dari perkembangan yang ada adalah semangat diawal kelahirannya, sebagai media alternatif. Banyak juga zine yang berubah menjadi webzine diantaranya, Boingboing, Dead Sparrow, Noise Attack. Ada juga yang berbentuk e-zine. Zine-zine ini tidaklah lagi membutuhkan kertas dan tinta. Hal yang membedakan antara webzine dan e-zine adalah webzine berbasis website dan tampilannya hanya bisa dilihat di internet, sedangkan e-zine bisa di download dan dicopy sebagai file data.

Pada perkembangan selanjutnya, banyak bermunculan toko buku besar yang juga menyediakan zine seperti Cafe Royal (Melbourne), Reading Frenzy (Portland), Quimby's (Chicago) . Perpustakaan besar di luar negeri pun banyak yang menyediakan zine, seperti: Salt Lake City Public Library, Multnomah County Library (Portland) serta The San Fransisco Public Library yang notabene merupakan tiga perpustakaan besar di Amerika. Universitas pun tidak mau ketinggalan, misalnya: Duke University , Barnard College Library, San Diego State University, De Paul University.

Ada juga perpustakaan yang isinya hanya menyediakan zine: ABC No Rio Zine Library (NY), The Zine Archive and Publishing Project (Seattle), The Independent Publishing Resource Center (Portland), The Hamilton Zine Library (Kanada), The Copy & Destroy Zine Library (Australia).

Untuk event pameran ada: Our Zine Thing, The Philly Zine Fest dan The Portland Zine Symposium (Amerika), Canzine dan North Of Non. Workshop dan simposium tentang zine pun banyak terdapat, misalnya: The 24 Hwhere (Kanada), The Manchester Zine Fest dan The London Zine Symposium (Inggris), Independent Press and Zine Fair dan Make It Up Zine Fair (Australia), Zinefest Mulheim (Jerman).

Dan kini zine telah berada di hampir setiap belahan dunia, termasuk Indonesia. Menyapa setiap orang yang ia jumpai dan berkata, “massa media bukan media massa”.

by;
http://sangkakalam.blogspot.com/2010/08/zine-asal-kata-sejarah-dan-perkembangan_17.html 

Rabu, 23 Januari 2019

Jalan Terjal Perjal


Segelas kopi masih menemani sore ini, dengan beberapa batang rokok yang siap di hembuskan kenikmatannya. Sekilas teringat apa yang yang terjadi dengan realita dalam dunia perbukuan, baik di dunia ataupun di Indonesia, di lansir dari laman Kompas bahwa Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara, di atas Bostwana dan di bawah Thailand, setengah terkejut dan namun tidak terlalu dengan apa yang di beritakan oleh kompas atau lembaga survei yang sejenis tersebut. Sebab di pojokan kota hingga masih banyak mereka yang menjajakan buku secara gratis kepada masyarakat, sehingga pemberitaan tersebut hanya bisa di jadikan sebuah acuan untuk lebih giat dalam upaya mendekatkan bacaan kepada masyarakat. 

Jika berkaca pada masa lalu atau di pengujung tahun 2009 terdapat sejumlah pelarangan buku yang, lagi-lagi ini dilalukan oleh junta, atau lebih spesifiknya oleh Kejaksaan Agung, buku yang di anggap ‘kiri’ menjadi fokus utama dalam pelarangan tersebut. Dengan menggunakan legitimasi hukum UUNomor4/PNPS/1963 mengenai barang cetakan yang isinya mengganggu ketertiban umum lalu dengan UU Nomor 16/2004 tentang Kejaksaan pasal 30, hingga pasal-pasal pentyebar kebencian hatzaai artikelen atau yang lebih sering di kenal dengankata hoax. Semenjak itu, atau bahka jauh sebelum itu juga masih terdapat banya pemberedelan-permberedelan yang dilakukan, akantetapi kami hanya mengambil sample dari apa sebuah kontradiktif yang terjadi, dimana sebuah menganut sebuah paham demokratis akantetapi melalkukan sebuah ‘penyensoran’ atau bahkan mencegah upaya demokratis itu sendiri.

Belakangan muncul beberapa komunitas yang semakin menguatkan upaya literasi yang kini semkin urgent, komunitas perpustakaan jalanan (selanjutnya perjal) telah berkontribusi besar dalam upaya mencerdaskan atau palingtidak membuka wawasan di masyarakat melalui buku yang di lapakkan secara Cuma-Cuma.    

Dalam sebuah buku yang berjudul  Pelarangan Buku di Indonesia yang di terbitkan oleh PR2Media di sebutkan bahwa "kemajuan perdaban bangsa di manapun di dunia ini tidak bisa menafikan satu instrumen pengetahuan penting bernama buku," dengan kata lain bahwa buku adalah jendela dunia dapatlah di benarkan. Maka apabila dalam sebuah bangsa tak memiliki animo dalam dunia perbukuan, setidaknya membaca, maka bisa dikatakan bangsa tersebut jauh dari perdaban. Dan oleh karenanya kerja kreafif muda-mudi dalam mendekatkan buku pada masyarakat patutlah di apresiasi. Dengan upaya yang diawali dengan melakukan konsolidasi dengan kolega serta di mudahkan dengan kemajuan teknologi (jejaring sosial), biasanya pelaku perjal melakukan penggalangan buku atau biasa di sebu tdengan donasi buku hingga setelah terakumulasi beberapa puluh judul buku kemudian di jajakan atau dengan istilah melapak. Melapak biasanya di adakan pada hari libur atau dalam event-event tertentu, berbaris dengan penjaja makanan dan minuman di sekelilingnya. 

Di Indramayu sendiri perjal sudah banyak menjamur, seperti Balada Emperan, Pustaka Bambu Runcing, Perpustakaan Alif dan masih banyak lagi, dengan hal ini maka akses masyarakat untuk membaca bisa di dapat dengan mudah, sebab dengan adanya perjal yang biasanya di ikutsertakan performing art seperti pembacaan puisi juga teater dapat menarik masyarakat sekitar. Kemudian eksistensi perjal juga setidaknya dapat membantu beberapa apek vital yang memang dalam ini berkewajiban dalam menularkan wawasan pengetahuan pada masyarakat, seperti tenaga pengajar serta dinas yang terkait, seperti dinas perpustakaan setempat. Lebih dari itu, kriteria buku yang mudah di akses atau mudah di mengerti sangatlah membantu masyarakat dalam meningkatkan animo membaca. Dalam konteks penulis, Ben Okri dalam The Way of Being Free-nya mengatakan “jika anda ingin mengetahui apa yang berlangsung di sebuah zaman, cari taulah tentang apa yang terjadi dengan penulisnya,” hal ini dapatlah di telisik dengan apa yang terjadi pada penulis yang menggantungkan dirinya pada honor yang di berikan sebuah penerbit sebuah tulisan semacam koran atau percetakan seperti pada umumnya, yang memberikan upah yang tergolong minim dari apa yang mereka hasilkan, sebab dalam membuat sebuah karya tulisan membutuhkan banyak bahan, terutama buku serta riset mendalam tentang apa yang sedang di tulisnya.  

Dengan melapak banyak manfaat yang di dapat, selain menambah banyak teman, saling bertukar buku bacaan serta wawasan baru serta menambah relasi bagi pelapaknya, selain mendapatkan apresaisi dari komuitas-komunitas yang sejalan dengannya mereka juga saling berdiskusi mengenai bacaan serta tema-tema aktual. Perjal Indramayu juga menjadi tempat bacaan alternatif bagi masyarakat yang kurang mendapat akses buku, meskipun buku yang di dominasi oleh buku-buku ringan semacam buku bercorak how to dan juga buku yang bersifat teoritis biasanya tersaji dalam lapakan sehingga dapat di akses oleh semua umur. Dan di Indramayu sampai sejauh ini belum ada isu ‘miring’ dengan perjal di Indramayu, meskipun kritik dalam lisan serta tulisan yang tajam seringkali mendapatkan perlakukan yang kurang menyenangkan, yang masih kontradiktif dengan prinsip demokrasi itu sendiri.    

Perjal hari ini telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, sehingga perjal tidaklah di pandang sebagai aktivitas monoton yang hanya sekedar berkumpulnya anak-anak muda, lebih dari itu perjal bias menjadi media berkumpulnya teman-teman muda kreatif yang ikut serta dalam berkontribusi untuk masyarakat banyak. 

pict: google


Ahonk bae

Selasa, 22 Januari 2019

Koleksi Gambar Zine Reang





Beberapa kumpulan gambar dari teman-teman 





Arry-SPC

kolektif kawan jogja



Mekarsariku



Bulir embun perlahan menguap

Binatang malam mulai menyelinap

disela-sela batang padi, bawang dan pare

Udaranya begitu sejuk lagi melapangkan dada

Ah...

Itulah pertanda sang mentari mulai menaiki tahta

Menyapa semesta di bagian timur Bumi Mekarsari

Namun, dari kejauhan

Mulai berdatangan mesin-mesin raksaksa

Menginjak dan merusak segala

Memperkosa Dewi Sri diatas dada Ibu Pertiwi

Hei!

Tolong cari orang yang teriak-teriak perduli masyarakat bawah

Kemana mereka?

Hilang. Lenyap!

Hei!

Lihat itu, asap!

Jangan diam atau kita akan mati

Menjadi bangkai konyol ditanah kelahiran

Di buang dan dilupakan oleh bangsa sendiri.
Oh Mekarsariku...

Kau menjadi tumbal negara

Oh Mekarsariku...

Hakmu dirampas penguasa

Mereka menutup mata dan hatinya

Lalu memunggungimu. Kau dilupakan.

Ah...

Sial benar nasibmu
Anak-anak buruh tani

Bersembunyi di balik punggung bapak

Dalam pelukan ibunya, pasrah!

Cita-citanya persis kondisi paru-parunya. Hitam.


Anak-anak buruh tani

Sudah tak lagi punya mimpi

Hanya tersisa sejumput rindu

Rindu kaki bapak dan ibu yang dipenuhi lumpur

Sebab itu sebagai pertanda

Bahwa ia bisa makan hari ini.



Karya: Zamzam Abdul Faqih

Merdesa?

Sebelum lebih dalam terjebak dalam tulisan, ada hal menarik yang mesti di ketahui, Indramayu Menggugat bersama kawan-kawan Indramayu Timur yang juga tergabung dalam aliansi DOM (Dermayu Ora Meneng), melakukan shock therapy pada pemimpin provinsi. 8 Maret 2018. Wagub Jabar, Deddy Mizwar (DM) berkunjung ke Cirebon yang sebelumnya berkunjung ke Pasar Karangampel pada tanggal 7 Maret untuk melaksanakan silahturahim (Red: Safari Politik), dan kemudian kami berhasil menemui dan melontarkan satu hal tentang kasus PLTU II. Pertanyaan yang terlontar tentang perijinan, tentang ruang hidup dan tentang hak warga, yang notabene PLTU II Mekarsari adalah sebuah proyek besar Negara yang tidak sedikit mendapat kritik dan penolakan. Sebab tidak sedikit prosesnya dan implementasi proyek yang digarap terkesan tidak melibatkan warga dan tidak berpihak  terhadap kaum buruh.

Saat pertanyaan dan pernyataan terlontar, bahkan pertanyaannya bersifat umum namun mendapat jawaban yang spontan dan tidak menyenangkan, terlebih saat disampaikan tentang gugatan yang dimenangkan warga di PTUN Bandung.Terlontar jawaban Deddy Mizwar “Gugat saja terus, kalau menang gugat terus, nanti juga kalah. Mau ngomong apalagi!”. Setelah itu DM menganalogikan bahwa masyarakat harus mendukung pembangunan dan usaha pemerintah dengan proyek-proyeknya.
Sebagai pengantar bahwa desa telah lama menjadi boneka mainan dan lumbung suara belaka yang diikat dalam lingkaran Perspektif pembangunan, yang di bungkus balutan anggaran desa (Red: Dana Desa). Hal ini menjadikan desa tidak lagi merdesa.

      1. Desa dalam Undang-Undang

Mengkaji lebih dalam, bahwa seharusnya peran Desa adalah menciptakan dan melanjutkan kemandirian tanpa upaya pelumpuhan pembangunan yang berdasarkan musyawarah mufakat di lapisan masyarakat, dan merancang pembangunan berkelanjutan yang tidak mengesampingkan kebutuhan masyarakat dan atau kekayaan intelektual yang ada di lingkungan desa. Sebagaimana di amanahkan Undang-Undang 14 tahun 2016 Tentang Desa, dalam tugas dan kewenangan desa adalah untuk melakukan pembangunan desa berdasarkan atas penugasan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota.

Ini yang sering kali didapati kasus hilangnya sinergitas antara desa dan warganya, dimana tekanan fungsi, peran serta wewenang desa seakan di setting menjadi panggung perjanjian yang bersifat otokratis, atau perjanjian politik yang tidak melibatkan warga. Tidak jarang, gesekan terjadi atas dasar nota kesepahaman tidak tercipta.Warga sebagai korban kekejaman otonomi daerah dan gaya pemerintahan semi-diktator atau seringdikenal diktator-lunak. Hal ini juga terjadi di Mekarsari dengan pembangunan PLTU II Mekarsari.

    










   

2. Desa Migrasi

Pemerintah menjadikan desa-desa sebagai pusat pengembangan investasi yang terus terasa menyerang setiap sendi-sendi daerah yang notabene tidak terlalu memerlukan pembukaan keran investasi. Migrasi yang terjadi di kota-kota besar harapannya bisa dibendung dengan menciptakan desa migrasi, yang mana fungsinya desa dikembangkan dengan system industry dan sinergitas dengan kuantitasl ulusan sekolah yang diperuntukan sebagai pekerja industri. Sistem sekolah yang menjelma dan dililit dilematis terhadap tindak lanjut dan pendistribusian hasil pendidikan, terlebih untuk pendidikan setingkat keterampilan dan vokasi.

Alibi yang sering muncul adalah, menekan angka pengangguran di Indonesia. Alih-alih menjadi ladang usaha bagi setiap warga yang daerahnya di jadikan pusat industri, malah menjadi boom waktu. Bayangkan jika masa produktif aanak di perusahan dengan kontrak kerja 1 tahun, jika satu anak dalam keluarga bekerja di usia 20 tahun lulusan SMA/SMK/MA dan dipekerjakan sebagai operator dengan masa kerja satu tahun maka 21 tahun anak akan berhenti dari satu industri dan mendapatkan pengalaman kerja. Dan melamar lagi keperusahaan lainnya dengan sistem yang sama serta posisi yang sama maka akan terhenti karirinya di usia 25 tahun bagi lulusan SMA/SMK/MA yang tidak berhasil menjadi karyawan tetap maka akan tersingkir dengan tenaga fresh dari SMK/SMA/MA. Juga sebaliknya jika lulusan setingkat Sarjana dengan pola yang sama maka akan kesulitan mencari pekerjaan di usia 30 tahun keatas dengan total kontrak kerja, dan bayangkan jika kontrak kerja sampai per-triwulan apa yang terjadi dengan jutaan warga yang telah lulus SMA/SMK/MA dan atau setingkat Sarjana minimal? Ini hanya kebohongan dalam sistem produksi, terlebih betapa kejamnya jika sekolah-sekolah melaksanakan sistem magang pada industri yang menjadi sebuah keberuntungan bagi industri untuk menekan pengeluaran untuk membayar gaji karyawannya.

Pemerintah telah berhasil menekan angka migrasi, dan menjadikan desa sebagai ladang pekerja usia produktif dengan iming-iming membangun industri yang terintegrasi dengan sistem pendidikan daerah yang asalannya membuka kesempatan kerja. Bagaimana khsusunya di Mekarsari?Berapa banyak yang akan dipekerjakan di sana? Diberdayakan?Atau bahkan diserap masuk kedalam sistem PLTU II? Bagaimana perannya? Desa migrasi dengan sistem industri massal juga melahirkan tindak kriminal dan premanisme yang elegan, mengajukan proposal dan menyedot CSR, yang bagi orang awan tidak mendapatkan akses dengan mudah menjajaki bagian ini.

      3.  Desa yang Merdesa

Merdesa?Atau selintiran makna dari kata Merdeka adalah sesuatu yang mustahil jika hanya ditempuh dalam dunia perlawanan (Red: Demo, aksi-massa, etc.) satu hal yang wajib ditafakuri adalah, merdesa terhadap apa? Merdesa yang bagaimana? Hal ini wajib di jabarkan sebelum mendeklarasikan terhadap kata Merdesa. Satu hal menarik, sebagai pemantik. Salah satu gambar di kawasan Bekasi menuliskan pesan bahwa “Bekasi Sold OUT, Tanah ini tidak di jual” adalah bentuk merdesa bagi warga bekasi yang telat, sebab lebih dulu di jajah pembangunan infrastruktur dan industri.

Warga desa harus berani terlibat dalam dunia politik, desa sebagai lumbung suara wajib bangkit dalam sistem pemerintahan, pengetahuan hukum, pemaparan dan tata kelola ruang, pembangunan, agama dan lingkungan serta hal lainnya yang termasuk dalam kekayaan daerah.
Hal ini dituliskan tidak begitu baik dan rapi, ini sebagai refleksi pergerakan dan perlawanan. Menyerahkan perlawanan kepada mahasiswa adalah bagaikan tombak yang bermata, menyerahkan perlawanan kepada lembaga hukum dan lingkungan tidak ubahnya menyerahkan tubuh telanjang bulat kepada kepastian. Perlawanan adalah pengetahuan terhadap segala sesuatu permasalahan, mahasiswa dan lembaga-lembaga sebagai fasilitator pengembangan pengetahuan dan kajian bisa dijadikan ajang pengembangan warga desa untuk kemudian lantang berteriak MERDESA!

Oleh; Ade Rifai

Tuan Atau Tuhan



Tuan kau ingat kala itu?
Kau abdi kami untuk mendukungmu
Kala mengubahmu menjadi seorang Tuan
Pelindung, pengayom yang mensejahterakan kami
Tuan, kala berlalu mengiringi kekuasaanmu
Semua kaki tanganmu tumbuh nan makmur
Namun, kemakmuran rakyatmu kian hancur
Meratapi warna nasib yang kian luntur
Tuan
Tuan yang menjadi Tuhan
Kini kau abdi dirimu sebagai Tuhan
Kau pegang kehidupan rakyat tanpa peduli arti kata maslahat
Tuhan..
Demi negeri ini, sesungguhnya kau yang berkuasa
Kau musnahkan tuan-tuan yang mengaku Tuhan
Lelah batin ini menanggung kuasa tuan
Hancur rakyat ini karenamu tuan
Tuan, aku acungkan tangan, kau siapkan usungan
Aku lantangkan suara, kau jedor aku modar
Tuhan, semoga kuasa tuan lekas kelam, hilang tanpa bekas dalam keabadian
Tuan yang mengaku Tuhan
Selamat jalan, rakyat menanti kemakmuran dan keadilan.


Karya:Tejar

Perempuan Hebat Mekarsari

Selalu akan terhitung dalam kuantitas kecil, terdapat sekelompok perempuan yang berani dibarisan depan untuk meneriakkan keadilan. Akan selalu ada yang menarik ketika mesti membahas perjuangan yang dilakukan oleh Perempuan. Lain R.A Kartini lain pula Cut Nyak Dien, dengan cara perjuangan yang berbeda, tapi memiliki kesamaan memperjuangkan nilai-nilai kemanusian bersama. Perempuan akan selalu menghiasi titik-titik perjuangan yang dimana tidak dapat disamakan dengan kaum adam.

Jum'at, 2 Februari 2018, Masyarakat buruh tani di Mekarsari melakukan Aksi Demonstrasi bertepatan dengan tepatnya alat berat diturunkan, untuk segera menyelesikan proyek PLTU2. Dengan sekelompok aparat, yang bisa dibandingkan 3:1 dengan sekelompok buruh tani yang bersedia Aksi. Ada banyak tuntutan terkait aksi yang disampaikan oleh dua perwakilan dari buruh tani. Pak Domo dan Pak Ahmat yang membakar semangat buruh tani untuk terus melawan tanpa lelah.

Pak Domo menyampaikan terkait prosedur dan sosialisasi yang dilakukan pihak PLTU terhadap warga tidak ada, hanya cukong-cukong desa yang mampu diajak kompromi. Tanggung jawab besar yang mesti dipikirkan pihak PLTU terhadap masyarakat mekarsari yang mayoritas adalah buruh tani dan nelayan, lapangan kerja dan kesehatan yang sudah kami khawatirkan untuk jangka panjang, Asap yang dapat meningkatkan kanker paru-paru. Kalau hanya yang diajak sosialisasi pemilik tanah itu sama saja, yang sengsara kaum buruhnya, akan di kemanakan?. Bapak dengan usia lebih dari 40thn ini yang dengan gelagaknya mengangkat tangan sembari mengungkapkan tabir kebenaran, Pak Domo.

Seusai Pak Domo, Pak Ahmat juga menyampaikan beberapa tuntutan yang perlu dipertegas saat Aksi berlangsung. Beliau mengatakan bahwa masyarakat mekarsari telah di khianati oleh Kelala Desa yang kurang bijak dalam mengambil keputusan, “seharusnya Kepala Desa mampu membuat ruang publik yang dihadiri semua elemen masyarakat. Jangan orang-orang pilihan yang mampu diajak kerja sama, bukannya kita juga bagian dari masyarakat Desa Mekarsari yang mesti diberikan hak bersuara juga?”, isi tuntutan Pak Ahmat yang mempertegas Kepala Desa Mekarsari.

Domumentasi : Jisung
Ada celoteh ibu-ibu dari posisi tengah dengan memegang bendera dg bambu, "Kalau begini kenapa bapak Aparat tak bakar saja desa kami, agar selesai sudah. Pekerjaan kami apa selain ndandur pak, anak-anak kami yang masih kecil ingin teracuni dengan asap pak?" terikan ibu tak dikenal nama nya ini, mengagetkan masyarakat JATAYU.


Dipertemukan dengan Ibu Tarmini, usia sekitar 30 tahun dengan menggandeng anaknya yang beusia 3 tahunan, dengan basa basi saya memulai obrolan dengan ibu Tarmini. Ibu mau kerja apa setelah resmi PLTU2 digarap, mau ke Taiwan de, ngapain disini. "Tapi perjuangan tetap diperjuangkan de, urusan kalah atau tidak itu adalah hasil dan manusia hanya bisa berjuang" bicara yang sedikit tenang dengan menggendong anaknya.

Kita istirahat sambil membicarakan aksi hari ini, duduk dengan ibu-ibu yang semangatnya masih membara, dan dengan wajah yang penuh keringat dan sedikit garis keriput yang menghiasi, memang kebanyakan mereka adalah ibu-ibu berusia 40 tahun keatas, yang sehari-harinya hanya bercocok tanam. Saya dipertemukan lagi dengan sosok ibu yang tegar dan tenang, Ibu Tarminah beliau yang pernah menerima tindakan represif dari intel pihak pltu. "Saya lagi duduk di pinggir sawah de, tiba-tiba ada yang mengikuti saya bersama warga sini yang juga buruh tani, yang sedang memotret gambar, intel itu menyekap leher saya de, terus mendorong bapak. Kami mau disandra. Tapi saya nggak pernah akan berhenti dan takut melawan mereka de, kita diposisi benar." Pengungkapan ibu Tarminah yang sedikit mengingat kejadian waktu itu, berbicara sedikit memancar kesedihan dimatanya.

Dirumah pak domo, saya juga kagum dengan istri beliau yang pekerjaannya sebagai pemain drama sandiwara, Ibu Ratiah. Yang mengaku diri pandai nyinden, inilah semangat pak Domo. Seorang istri yang tak pernah melarang suaminya untuk memperjuangkan keadilan bersama warga, ibu Ratiah juga yang selalu support pak Domo untuk terus semangat dan menjaga kesehatan.


Perempuan yang menolak diam dan bersedia terjun berjuang bersama lelaki, tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Kebangaan besar dan nilai lebih bagi seorang perempuan yang dengan sabar dan ikhlas memahami perubahan-perubahan yang ada disekitar. Sedikit menafsirakan apa yang diketahui melalui cara sederhana, dan tanpa kesombongan, dengan pendidikan yang kurang, tapi mereka tahu makna cinta sesama manusia.


Nita Mega Purnami

Zine: Asal kata, Sejarah, dan Perkembangan

"Orang aneh, kutu buku, kuper serta mereka yang dikucilkan oleh lingkungan adalah karakter orang-orang yang biasanya membuat zine...